Kemiripan antara Adriyanto Dewo dan Festival Film Indonesia
Adriyanto Dewo dan Festival Film Indonesia memiliki 17 kesamaan (dalam Unionpedia): Arifin C. Noer, Bachtiar Siagian, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Festival Film Indonesia 2014, Festival Film Indonesia 2020, Hong Kong, Institut Kesenian Jakarta, Joko Anwar, Lilik Sudjio, Misbach Yusa Biran, Nayato Fio Nuala, Penulis Skenario Asli Terbaik Festival Film Indonesia, Sjumandjaja, Sutradara, Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia, Teguh Karya, Wim Umboh.
Arifin C. Noer
Arifin Chairin Noer, atau lebih dikenal sebagai Arifin C. Noer, adalah sutradara teater dan film asal Indonesia yang beberapa kali memenangkan Piala Citra untuk penghargaan film terbaik, sutradara terbaik, dan penulis skenario terbaik.
Adriyanto Dewo dan Arifin C. Noer · Arifin C. Noer dan Festival Film Indonesia ·
Bachtiar Siagian
Bachtiar Siagian adalah seorang sutradara dan penulis skenario asal Indonesia.
Adriyanto Dewo dan Bachtiar Siagian · Bachtiar Siagian dan Festival Film Indonesia ·
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Jakarta, secara resmi bernama Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau DKI Jakarta adalah ibu kota Indonesia dan sekaligus daerah otonom setingkat provinsi.
Adriyanto Dewo dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta · Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Festival Film Indonesia ·
Festival Film Indonesia 2014
Festival Film Indonesia 2014 adalah Festival Film Indonesia yang ke-34, yang digelar di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 6 Desember 2014, setelah satu hari sebelumnya diawali dengan pengumuman pemenang Piala Vidia.
Adriyanto Dewo dan Festival Film Indonesia 2014 · Festival Film Indonesia dan Festival Film Indonesia 2014 ·
Festival Film Indonesia 2020
Festival Film Indonesia 2020 adalah perhelatan ajang Festival Film Indonesia yang ke-40.
Adriyanto Dewo dan Festival Film Indonesia 2020 · Festival Film Indonesia dan Festival Film Indonesia 2020 ·
Hong Kong
Hong Kong; resminya Provinsi Otonomi Khusus Hong Kong) adalah sebuah provinsi swatantra yang terletak di bagian tenggara Tiongkok di estuari Sungai Mutiara. Hong Kong terkenal dengan perkembangannya yang pesat, pelabuhan laut dalam alami, dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi (sekitar 7 juta jiwa pada lahan seluas.
Adriyanto Dewo dan Hong Kong · Festival Film Indonesia dan Hong Kong ·
Institut Kesenian Jakarta
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) adalah sebuah perguruan tinggi yang berlokasi di Cikini, Jakarta, Indonesia.
Adriyanto Dewo dan Institut Kesenian Jakarta · Festival Film Indonesia dan Institut Kesenian Jakarta ·
Joko Anwar
Joko Anwar, S.T. adalah sutradara, pemeran, penulis skenario, dan produser film Indonesia.
Adriyanto Dewo dan Joko Anwar · Festival Film Indonesia dan Joko Anwar ·
Lilik Sudjio
Lilik Sudjio adalah aktor dan sutradara senior Indonesia yang berhasil menyutradarai puluhan film nasional di antara tahun 1950 - 1990an dari film komedi sampai film misteri (ilmu hitam) atau mistik.
Adriyanto Dewo dan Lilik Sudjio · Festival Film Indonesia dan Lilik Sudjio ·
Misbach Yusa Biran
H. Misbach Yusa Biran adalah sutradara film, penulis skenario film, drama, cerpen, kolumnis, sastrawan, serta pelopor dokumentasi film Indonesia.
Adriyanto Dewo dan Misbach Yusa Biran · Festival Film Indonesia dan Misbach Yusa Biran ·
Nayato Fio Nuala
Nayato Fio Nuala, yang juga dikenal sebagai Koya Pagayo, Ian Jacobs, Pingkan Utari, atau Ian Nguyen Lampa) adalah sutradara film Indonesia. Memperoleh pendidikan seni perfilman di Taiwan, ia kembali ke Indonesia pada tahun 1996 dan mulai menyutradarai berbagai iklan serta sinetron. Tahun 2002 film layar lebar pertamanya, The Soul beredar. Suatu kontroversi terjadi ketika film Ekskul (2006) yang ia garap memenangi Piala Citra dalam kategori Film Terbaik pada Festival Film Indonesia 2006. Akan tetapi kemenangan tersebut dipertanyakan setelah pengembalian Piala Citra oleh pemenang lainnya, yang merupakan aksi protes terhadap keputusan juri akan film Ekskul menyangkut masalah hak cipta musik yang dipergunakan. Akhirnya gelar Sutradara Terbaik yang diraih Nuala kemudian dicabut oleh BP2N melalui sebuah keputusan pada Juni 2007. Hingga saat ini, ia tercatat sebagai sutradara yang paling produktif di Indonesia. Banyak pula film yang dibuat dengan genre horror.
Adriyanto Dewo dan Nayato Fio Nuala · Festival Film Indonesia dan Nayato Fio Nuala ·
Penulis Skenario Asli Terbaik Festival Film Indonesia
Penghargaan untuk Skenario Asli Terbaik (kemudian biasa disebut Skenario Terbaik saja) mulai diberikan pada Festival Film Indonesia 2006.
Adriyanto Dewo dan Penulis Skenario Asli Terbaik Festival Film Indonesia · Festival Film Indonesia dan Penulis Skenario Asli Terbaik Festival Film Indonesia ·
Sjumandjaja
Sjumandjaja adalah seorang penulis skenario dan sutradara Indonesia.
Adriyanto Dewo dan Sjumandjaja · Festival Film Indonesia dan Sjumandjaja ·
Sutradara
Sutradara atau pembuat film adalah orang yang bertugas mengarahkan sebuah film sesuai dengan manuskrip, pembuat film juga digunakan untuk merujuk pada produser film.
Adriyanto Dewo dan Sutradara · Festival Film Indonesia dan Sutradara ·
Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia
Penghargaan Sutradara Terbaik diberikan dalam Festival Film Indonesia yang diselenggarakan sejak tahun 1955.
Adriyanto Dewo dan Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia · Festival Film Indonesia dan Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia ·
Teguh Karya
Steve Liem Tjoan Hok (lebih dikenal dengan nama Teguh Karya) adalah seorang sutradara film legendaris Indonesia.
Adriyanto Dewo dan Teguh Karya · Festival Film Indonesia dan Teguh Karya ·
Wim Umboh
Wim Umboh; setelah masuk Islam pada tahun 1984 dikenal dengan nama Achmad Salim) adalah seorang sutradara film senior Indonesia. Penghargaan yang telah diraihnya kurang lebih berjumlah 27 piala, sebagain besar sebagai sutradara terbaik, khususnya untuk film cinta. Wim Umboh adalah anak bungsu dari 11 bersaudara. Ia sudah yatim piatu sejak berusia delapan tahun. Pada awalnya ia sempat berprofesi sebagai tukang sepatu. Lalu setamat SMA, ia berangkat ke Jakarta dan melamar ke studio Golden Arrow. Dimulai sebagai tukang sapu, lalu akhirnya ia menjadi penerjemah film, dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia dan akhirnya dipromosikan sebagai editor. Di samping bahasa Tionghoa, ia menguasai pula bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Kariernya lalu dimulai dengan film Sepiring Nasi (1955) dan film Istana Hilang. Perkawinannya pertamanya dengan R.O. Unarsih, dikaruniai seorang anak perempuan, Maria. Namun perkawinan ini berakhir dengan perceraian. Perkawinan keduanya adalah setelah mempersunting bintang yang diorbitkannya sendiri, Paula Rumokoy, yang akhirnya juga bercerai. Perkawinan ketiganya adalah dengan Inne Ermina Chomid di Interstudio, Jakarta. Setelah ia menikah ketiga kalinya, ia memeluk Islam yang disaksikan oleh sutradara senior yang lain seperti Sjumandjaja dan Misbach Jusa Biran.
Adriyanto Dewo dan Wim Umboh · Festival Film Indonesia dan Wim Umboh ·
Daftar di atas menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
- Dalam apa yang tampaknya Adriyanto Dewo dan Festival Film Indonesia
- Apa yang mereka miliki di Adriyanto Dewo dan Festival Film Indonesia
- Kemiripan antara Adriyanto Dewo dan Festival Film Indonesia
Perbandingan antara Adriyanto Dewo dan Festival Film Indonesia
Adriyanto Dewo memiliki 74 hubungan, sementara Festival Film Indonesia memiliki 195. Ketika mereka memiliki kesamaan 17, indeks Jaccard adalah 6.32% = 17 / (74 + 195).
Referensi
Artikel ini menunjukkan hubungan antara Adriyanto Dewo dan Festival Film Indonesia. Untuk mengakses setiap artikel dari mana informasi itu diambil, silakan kunjungi: