Logo
Unionpedia
Komunikasi
Temukan di Google Play
Baru! Ambil Unionpedia pada perangkat Android™ Anda!
Pasang
Akses lebih cepat ketimbang browser!
 

Amas Mattaram dan Panembahan Muda Muhammad Said

Pintas untuk: Perbedaan, Kesamaan, Jaccard Kesamaan Koefisien, Referensi.

Perbedaan antara Amas Mattaram dan Panembahan Muda Muhammad Said

Amas Mattaram vs. Panembahan Muda Muhammad Said

Raden Mataram bergelar Mas Mataram atau Maes Materan atau Amas Mattaram adalah Datu Taliwang yakni Raja negeri Taliwang (Karaeng Taliwang), pulau Sumbawa. Goesti Mad Said bergelar Pangeran Muhammad Said kemudian Panembahan Muda (memerintah: 1862-1875) adalah salah seorang pejuang Perang Banjar/Perang Barito.

Kemiripan antara Amas Mattaram dan Panembahan Muda Muhammad Said

Amas Mattaram dan Panembahan Muda Muhammad Said memiliki 12 kesamaan (dalam Unionpedia): Abdur Rahman dari Banjar, Kesultanan Banjar, Muhammad Seman, Panembahan Muda Muhammad Said, Pangeran Antasari, Pangeran Mangkoe Boemi Nata, Pangeran Perbatasari, Pangeran Wira Kasoema, Sulaiman dari Banjar, Sultan Adam dari Banjar, Sunan Nata Alam, Tahlilullah.

Abdur Rahman dari Banjar

Makam Sultan Muda Abdurrahman di Martapura,Kabupaten Banjar Pangeran Ratu Anum Sultan Muda Abdul Rahman atau Sulthan Moeda Abdoel Rachman (EBI: Sultan Muda Abdul Rahman), nama sebelumnya Pangeran Ratoe (1861) adalah Sultan Muda Kesultanan Banjar yang sedianya akan menggantikan ayahandanya Sultan Adam kelak sebagai Sultan Banjar, akan tetapi Pangeran Abdur-Rahman sendiri lebih dulu mangkat pada 5 Maret 1852.

Abdur Rahman dari Banjar dan Amas Mattaram · Abdur Rahman dari Banjar dan Panembahan Muda Muhammad Said · Lihat lebih »

Kesultanan Banjar

Maharaja Pandu Dewata adalah leluhur Raja-raja Banjar menurut Hikayat Sang Bima. Gambar kraton/istana kenegaraan Kesultanan Banjar di Martapura pada tahun 1843. Profil Bangsawan Banjar sekitar tahun 1850 koleksi Museum Lambung Mangkurat. Profil gadis Banjar sekitar tahun 1850 koleksi Museum Lambung Mangkurat. Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin atau Kerajaan Banjar adalah sebuah kesultanan yang wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

Amas Mattaram dan Kesultanan Banjar · Kesultanan Banjar dan Panembahan Muda Muhammad Said · Lihat lebih »

Muhammad Seman

Sultan Muhammad Seman (bin almarhum Pangeran Antasari) adalah Sultan Banjar (Raja Kerajaan Kastapura) dalam pemerintahan pada masa 1862—1905 (versi lain 1875-1905).

Amas Mattaram dan Muhammad Seman · Muhammad Seman dan Panembahan Muda Muhammad Said · Lihat lebih »

Panembahan Muda Muhammad Said

Goesti Mad Said bergelar Pangeran Muhammad Said kemudian Panembahan Muda (memerintah: 1862-1875) adalah salah seorang pejuang Perang Banjar/Perang Barito.

Amas Mattaram dan Panembahan Muda Muhammad Said · Panembahan Muda Muhammad Said dan Panembahan Muda Muhammad Said · Lihat lebih »

Pangeran Antasari

Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1797 ISBN 978-602-8620-10-9 atau 1809 ISBN 978-979-746-713-5 ISBN 978-979-759-716-0Helius Sjamsuddin; Antasari, Balai Pustaka, 1982 ISBN 978-979-752-682-5 – meninggal di Bayan Begok, Hindia Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang pemimpin dan tokoh penting dalam Perang Banjar.

Amas Mattaram dan Pangeran Antasari · Panembahan Muda Muhammad Said dan Pangeran Antasari · Lihat lebih »

Pangeran Mangkoe Boemi Nata

Pangeran Husin bergelar Pangeran Mangkoe Boemi Nata atau Pangeran Mangkoe Boemi atau Pangerang Mangkoe Boemie atau Pangeran Mangkubumi Nata Kasuma (bin Sultan Sulaiman) adalah mangkubumi Kesultanan Banjar yang dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Amas Mattaram dan Pangeran Mangkoe Boemi Nata · Panembahan Muda Muhammad Said dan Pangeran Mangkoe Boemi Nata · Lihat lebih »

Pangeran Perbatasari

Gusti Kacil atau Gusti Muhammad Tarip (Syarif) bergelar Pangeran Perbatasari adalah mangkubumi Kesultanan Banjar (Pagustian) dan sekaligus seorang pejuang perang Banjar.

Amas Mattaram dan Pangeran Perbatasari · Panembahan Muda Muhammad Said dan Pangeran Perbatasari · Lihat lebih »

Pangeran Wira Kasoema

Pangeran Mangkubumi Wira Kasoema (Kasuma) (ejaan Banjar) atau Pangeran Mangkubumi Wira Kesoema (ejaan Melayu) adalah Pangeran Mangkubumi (kepala pemerintahan) negara Kesultanan Banjar sekitar tahun 1857-1862.

Amas Mattaram dan Pangeran Wira Kasoema · Panembahan Muda Muhammad Said dan Pangeran Wira Kasoema · Lihat lebih »

Sulaiman dari Banjar

Sulaiman Saidullah II atau yang lebih dikenal dengan nama regnalnya Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah (1761 – 1825) adalah Sultan Banjar ke-11 yang memerintah antara tahun 1801 hingga tahun 1825.

Amas Mattaram dan Sulaiman dari Banjar · Panembahan Muda Muhammad Said dan Sulaiman dari Banjar · Lihat lebih »

Sultan Adam dari Banjar

Tempat Pemakaman Sultan Adam Sulthan Adam Al-Watsiq Billah (سلطان آدمالواثق بالله) (bin Sultan Sulaiman Saidullah II) adalah Sultan Banjar yang memerintah antara tahun 3 Juni 1825-1 November 1857. Al-Watsiq Billah merupakan gelar yang digunakan para Khalifah dinasti Abbasiyah. Sultan Adam dilahirkan di desa Karang Anyar, Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia. Anak pertama Sultan Sulaiman sebenarnya seorang perempuan bernama Ratu Umi, sedangkan Sultan Adam merupakan yang anak kedua dan juga merupakan adalah anak laki-laki pertama Sultan Adam. Sultan Adam salah seorang putra-putri dari Sultan Sulaiman Rahmatullah yang berjumlah 23 orang. Sultan Adam memiliki saudara kandung sebanyak 6 orang dan saudara seayah 17 orang. Pada masa Sultan Adam, pusat pemerintahan berada di Keraton, Sasaran dan Pasayangan (Jl. Demang Lehman), Martapura. Ia mendapat gelar Sultan Muda Umur 11 tahun sebagai pewaris atau Putra mahkota Banjar sejak tahun 1782. Ketika kemangkatan Sultan Adam pada tanggal 1 November 1857 terjadi krisis suksesi. Ketika mangkatnya terdapat 23 Pangeran keluarga dekat Sultan Adam terdiri: A.3 anak laki-laki B.13 cucu laki-laki C.3 saudara laki-laki D.4 sepupu laki-laki (belum termasuk ratu/puteri/gusti beserta suaminya masing-masing). Tabel Distribusi Tanah Lungguh pada Masa Sultan Adam Pembukaan Tambang Batubara Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke 49. Ia memerintah antara tahun 1845 – 1851. Charles Ferdinand Pahud de Mortanges, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke 51. Ia memerintah antara tahun 1856 – 1861. Pada 28 September 1849, Gubernur-Jenderal Jan Jacob Rochussen datang ke Pengaron di Kesultanan Banjar untuk meresmikan pembukaan pertambangan batu bara Hindia Belanda pertama yang dinamakan Tambang Batu Bara Oranje Nassau Bentang Emas. Pada tahun 1856 kembali dibuka tambang kedua bernama Tambang Batu Bara Julia Hermina (Banyu Irang). Batas-batas lahan konsesi tambang batubara Banyu Irang dibuat dalam perjanjian baru yang disahkan Gubernur-Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Mortanges dalam "OVEREENKOMST MET DEN SULTHAN VAN BANDJERMASIN, TOT BEPALING DER GRENZEN VAN DE CONCESSIE TOT ONTGINNING STEENKOLENMIJNEN GENd BANJOEERANG, VAN 30 APRIL 1856. (Besluit 19 Augustus 1856 No. 6.). BORNEO." Sistem Sosial pada Masa Sultan Adam Masyarakat Banjar pada pemerintahan Kesultanan terdiri dua golongan besar.

Amas Mattaram dan Sultan Adam dari Banjar · Panembahan Muda Muhammad Said dan Sultan Adam dari Banjar · Lihat lebih »

Sunan Nata Alam

Makam Sultan Tahmidillah di Desa Dalam Pagar, Martapura, Banjar Pangeran Nata Negara atau Nata Dilaga bergelar Sultan Tamhidillah atau Sulthan Tahmidillah (tepatnya Tahhmid Illah II) atau Wira Nata atau Panembahan Ratoe atau Susunan Sultan Sulaiman Saidullah (ke-1) atau Sunan Nata Alam atau Panembahan Batoe adalah mangkubumi dan Wali Sultan Banjar tahun 1761-1801. atau 1778-1808. Pangeran / raja ini menyebut dirinya Soesoehoenan Natahahalam; tetapi telah mendedikasikan pemerintah untuk putra tertuanya, di bawah pengawasannya, dengan nama Sulthan Sleeman Schahidullach. Istana yang dulunya bertempat tinggal di Caijoe-tangie, telah dibubarkan sejak tahun 1771, menjadi Marthapora: tempat kaum Sulthon membangun kota besar dan menggali sungai yang sangat lebar, terbagi menjadi dua bagian: dan juga nama dari Marthapoera di Boemie Kintjana, diubah. Ia kemudian memberi gelar kepada putera sulungnya Pangeran ratu Sultan Soleman menjadi Sulthan Sleeman Schahidullach / Sultan Sulaiman Saidullah (ke-2) dan ia sendiri selanjutnya bergelar sunan yang dianggapnya sebagai gelar yang lebih tinggi sehingga menjadi Sunan Sulaiman Saidullah dan juga menyebut dirinya Sunan Nata Alam. Semula ia menjadi mangkubumi Sultan Muhammad (sepupunya dan iparnya), dengan sebutan Pangeran Nata Mangkubumi. Sejak mangkatnya Sultan Muhammad pada tahun 1761, ia menjadi Wali Sultan dengan gelar Panembahan Kaharoeddin Haliloellah (EYD: Panembahan Kaharuddin Halilullah). Pada tahun 1762 ia naik tahta dengan gelar Sultan Akamuddin Saidullah (mulai Oktober 1762). Ia menggantikan Sultan Muhammad yang mangkat karena sakit paru-paru yang dideritanya sejal awal pemerintahnya (1759) dengan meninggalkan putera-puteri yang masih kecil. Atas perintah Dewan Mahkota tahun 1762 saudaranya yang bernama Pangeran Prabujaya dilantik menjadi mangkubumi (kepala pemerintahan). Sejak tahun 1767 ia melantik puteranya yang masih berusia 6 tahun sebagai Sultan dengan gelar Sultan Sulaiman yang dianggap sebagai pewaris Puteri Lawiyah binti Sultan Tahmidubillah (Muhammadillah). Jadi Sunan Nata Alam atau Tahmidillah 2 merupakan ipar (zwager) Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah. Sultan Sulaiman lahir pada tahun 1761 yang merupakan tahun mangkatnya Sultan Muhammad Aminullah. Ia juga dikenal dengan nama Sultan Tamhidillah atau Tahmidillah II yang merupakan paduan dari kata Tahmid dan Allah, secara harafiah Tahmid berarti keadaan menyampaikan pujian atau rasa syukur berkali-kali (kepada Allah). Sultan Tahmidillah II menikah dengan Puteri Lawiyah, anak Sultan Tahmidubillah/Sultan Muhammadillah. Sebagai legitimasi, maka dalam silsilah raja-raja Banjar menarik garis keturunan pewaris tahta dari Puteri Lawiyah binti Sultan Tahmidubillah/Sultan Muhammad, dan bukan dari garis keturunan Sultan Tamjidillah I. Sultan Tamjidillah I merupakan mangkubumi Sultan Kuning (ayahanda Sultan Muhammad). Sultan Tamjidillah I atau Sultan Tamjidullah I adalah ayahanda Sultan Tamhidillah /Sultan Tahmidillah II Jalur Silsilah Ratu Maemunah Yang Di Peristri Pangeran said Zein ♀ Syarifah Intan anak♀ Ratoe Sjerief Aboe Bakar(RATU SYARIF ABU BAKAR Putri Juriat ♂ Pangeran Sjerief Oemar (PANGERAN SYARIF UMAR).

Amas Mattaram dan Sunan Nata Alam · Panembahan Muda Muhammad Said dan Sunan Nata Alam · Lihat lebih »

Tahlilullah

Makam Sultan Tahlilullah di Keraton, Martapura, Kabupaten Banjar Raden Bagus bergelar Soeria Angsa 02/ Suriansyah II (Suria Diwangsa) atau Sultan Amarullah (Amru'llah) Bagus Kasuma atau Sultan Tahlilullah/Tahirullah (bin Sultan Saidullah) adalah Sultan Banjar yang memerintah tahun 1660-1700/12.

Amas Mattaram dan Tahlilullah · Panembahan Muda Muhammad Said dan Tahlilullah · Lihat lebih »

Daftar di atas menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut

Perbandingan antara Amas Mattaram dan Panembahan Muda Muhammad Said

Amas Mattaram memiliki 90 hubungan, sementara Panembahan Muda Muhammad Said memiliki 31. Ketika mereka memiliki kesamaan 12, indeks Jaccard adalah 9.92% = 12 / (90 + 31).

Referensi

Artikel ini menunjukkan hubungan antara Amas Mattaram dan Panembahan Muda Muhammad Said. Untuk mengakses setiap artikel dari mana informasi itu diambil, silakan kunjungi:

Hei! Kami di Facebook sekarang! »