Daftar Isi
7 hubungan: Beno Siang Pamungkas, Festival sastra, Kusprihyanto Namma, Leksikon Susastra Indonesia, Requiem bagi Rocker, Revitalisasi sastra pedalaman, Sastra Indonesia.
Beno Siang Pamungkas
Beno Siang Pamungkas (lahir di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur 1968; umur tahun) adalah sastrawan Indonesia.
Lihat Wijang Wharek dan Beno Siang Pamungkas
Festival sastra
Festival sastra adalah suatu penyelenggaraan acara yang menjadikan sastra sebagai obyeknya dengan melibatkan para sastrawan, kritikus sastra, akademikus, peneliti, pegiat literasi, dan masyarakat umum.
Lihat Wijang Wharek dan Festival sastra
Kusprihyanto Namma
Kusprihyanto Namma adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia.
Lihat Wijang Wharek dan Kusprihyanto Namma
Leksikon Susastra Indonesia
Leksikon Susastra Indonesia adalah judul buku suntingan sastrawan Korrie Layun Rampan yang diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka Jakarta atas kerjasama dengan Yayasan Adikarya dan The Ford Foundation, pada tahun 2000 dengan nomor ISBN 979-666-358-9 yang berisi nama-nama berikut keterangan singkat para sastrawan Indonesia, kelompok kajian sastra, dan gerakan kesusastraan yang berkiprah dan berkembang di Indonesia sampai kurun waktu dasawarsa 2000-an.
Lihat Wijang Wharek dan Leksikon Susastra Indonesia
Requiem bagi Rocker
Requiem bagi Rocker adalah judul buku dari seri dokumentasi sastra antologi puisi Pendhapa 14 yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Unit Pelaksana Teknis Taman Budaya Jawa Tengah, pada tahun 2012.
Lihat Wijang Wharek dan Requiem bagi Rocker
Revitalisasi sastra pedalaman
Revitalisasi sastra pedalaman atau lebih dikenal dengan singkatan RSP adalah gerakan kesusastraan Indonesia pada dasawarsa 1990-an yang dipelopori oleh beberapa tokoh sastra antara lain Triyanto Triwikromo, Sosiawan Leak, Kusprihyanto Namma, Beno Siang Pamungkas, Wijang Wharek Al-Mauti, dan Bagus Putu Parta.
Lihat Wijang Wharek dan Revitalisasi sastra pedalaman
Sastra Indonesia
Perangko peringatan 100 tahun Kartini. Kumpulan surat-suratnya yang berjudul ''Habis Gelap Terbitlah Terang'' diterjemahkan 100 tahun lalu pada tahun 1922 oleh Armijn Pane. Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara.